Daerah

Pisah Sambut Kepala Kantor Kemenag Bojonegoro: Abdul Wahid Pamit, Tongkat Estafet Diserahkan ke Amanulloh

aksesadim01
2880
×

Pisah Sambut Kepala Kantor Kemenag Bojonegoro: Abdul Wahid Pamit, Tongkat Estafet Diserahkan ke Amanulloh

Sebarkan artikel ini
Img 20250503 wa0020

BOJONEGORO – Jumat, 2 Mei 2025 menjadi hari yang penuh haru dan makna bagi keluarga besar Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro.

Dalam sebuah acara pisah sambut yang berlangsung hangat, Kepala Kantor Kemenag yang lama, Abdul Wahid kepada Amanulloh , resmi menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan seiring dengan kepindahannya sebagai Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Mojokerto.

Acara yang digelar di aula Kemenag Bojonegoro ini turut dihadiri oleh para pegawai Kemenag setempat serta tamu undangan dari berbagai kalangan, termasuk tokoh agama, pejabat daerah, dan perwakilan dari luar Kabupaten Bojonegoro.

Nuansa kekeluargaan begitu terasa, diwarnai dengan momen-momen perpisahan yang menyentuh hati.

Dalam sambutannya, Abdul Wahid mengajak seluruh hadirin untuk senantiasa mengedepankan keikhlasan dalam setiap pengabdian.

“Dimanapun kita ditugaskan, keikhlasan adalah kunci utama. Jabatan adalah amanah. Kita bekerja demi kemaslahatan umat,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Tak hanya memberikan pesan moral, Abdul Wahid juga mengenang masa kepemimpinannya di Bojonegoro, termasuk kolaborasinya dengan Pemerintah Kabupaten dalam pembangunan rumah ibadah.

Ia menyampaikan kebanggaannya atas berdirinya sebuah masjid megah yang menjadi ikon baru spiritualitas warga Bojonegoro.

“Saya sempat berdiskusi dengan beberapa ulama dan kyai sepuh di Bojonegoro. Dalam kesempatan itu, saya juga diminta oleh Bupati untuk mengubah nama Masjid An-Nadhlo menjadi Masjid Samin Baitul Muttaqin,” ceritanya.

Nama baru ini dipilih sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai luhur masyarakat Samin dan untuk memperkuat identitas lokal dalam semangat keislaman yang inklusif.

Perubahan nama ini, menurut Abdul Wahid, bukan semata simbolik, tetapi juga sarat makna historis dan spiritual.

Masjid tersebut kini diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan keagamaan yang tidak hanya mencerminkan ketinggian arsitektur, namun juga kedalaman nilai-nilai kearifan lokal dan toleransi.

Acara ditutup dengan doa bersama dan penyerahan cinderamata sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Abdul Wahid selama bertugas di Bojonegoro.

Para tamu undangan tampak memberikan salam hangat dan doa terbaik bagi kelanjutan kariernya di Mojokerto.

Dengan berakhirnya tugas Abdul Wahid di Bojonegoro, harapan baru pun tumbuh bersama kepemimpinan yang akan datang.

Semua pihak berharap, sinergi antara Kementerian Agama dan masyarakat Bojonegoro akan terus terjaga dan bahkan semakin kuat. (Yen)