Opini

Media Sosial Bisa Membunuh, Yuk Terapkan Zona Bebas HP Demi Kesehatan Mental

aksesadim01
5779
×

Media Sosial Bisa Membunuh, Yuk Terapkan Zona Bebas HP Demi Kesehatan Mental

Sebarkan artikel ini
Fd617670 e055 435b 8507 c320677a926f

BOJONEGORO – Generasi muda di era digital saat ini menghadapi tantangan yang tak main-main, tekanan dari media sosial yang bisa berujung pada gangguan mental bahkan kematian.

Melihat fenomena ini, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Kesehatan menggelar Workshop Kesehatan Jiwa Remaja di Ruang Angling Dharma, Gedung Pemkab, Kamis (07/08/2025).

Kegiatan ini menyasar pelajar SMA/SMK se-Bojonegoro dan bertujuan membangun kesadaran bersama akan pentingnya menjaga kesehatan mental di kalangan remaja.

“Anak-anak zaman sekarang hidup di tengah tekanan eksistensi, pembandingan diri yang tak sehat, hingga komentar jahat di media sosial. Ini nyata dan bisa sangat menghancurkan,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro, Ninik Susmiati, saat membuka acara.

Lebih mengejutkan lagi, sepanjang tahun 2025, tercatat ada 7 kasus bunuh diri remaja di Bojonegoro karena tekanan mental yang berat. Angka ini menjadi alarm serius bagi semua pihak untuk peduli dan bergerak.

Ninik mengingatkan bahwa usia remaja adalah masa pencarian jati diri yang penuh gejolak. Dukungan emosional dari keluarga, guru, dan lingkungan sosial sangat penting agar mereka tidak merasa sendirian menghadapi tantangan hidup.

“Ketahanan mental dan kemampuan mengelola emosi harus ditanamkan sejak dini. Jangan tunggu sampai terlambat,” ujarnya.

Ia juga mendorong agar sekolah menyediakan layanan konseling aktif dan membangun budaya komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.

“Masalah mental itu tak kasat mata, tapi dampaknya bisa menghancurkan hidup,” imbuh Ninik.

Salah satu narasumber, Heni Dwi Windarwati, pakar kesehatan jiwa dari Universitas Brawijaya, menyarankan solusi konkret untuk menjaga kesehatan mental remaja Digital Detox.

“Buat zona bebas HP di rumah, hindari bermain media sosial sebelum tidur, dan jadwalkan hari tanpa media sosial,” sarannya.

Menurut Heni, rehat dari dunia maya mampu menurunkan kadar stres dan memperbaiki suasana hati. Selain itu, ia juga memperkenalkan latihan mindfulness praktik sederhana seperti duduk tenang dan mengamati pernapasan yang efektif meningkatkan fokus dan mengurangi kecemasan.

“Mindfulness itu seperti charger jiwa, apalagi buat anak muda yang hidupnya sudah penuh distraksi,” tambah Heni.

Workshop ini juga menegaskan bahwa keluarga dan sekolah adalah benteng utama bagi remaja dalam menghadapi kerasnya dunia digital.

Edukasi literasi digital dan kemampuan berpikir kritis perlu diajarkan agar anak-anak tidak terjebak membandingkan diri dengan kehidupan orang lain di media sosial yang belum tentu nyata.

Remaja butuh dukungan nyata, bukan sekedar nasihat kosong. Butuh empati, komunikasi sehat, dan lingkungan yang peduli. Jangan sampai generasi masa depan kita hilang arah karena dunia maya. (yen)