Daerah

Kritik Muncul Usai Bupati Lamongan Pamer Program ke Alumni UNEJ

aksesadim01
2598
×

Kritik Muncul Usai Bupati Lamongan Pamer Program ke Alumni UNEJ

Sebarkan artikel ini
Img 20250504 wa0075

LAMONGAN – Suasana mewah di Aula Gajah Mada lantai 7 Pemkab Lamongan, Sabtu (3/5/2025), menjadi panggung unjuk visi Bupati Lamongan Yuhronur Efendi.

Dihadapan pengurus baru Keluarga Alumni Universitas Jember (KAUJE) Korda Lamongan 2025-2030, yang baru saja dikukuhkan oleh Sekjen KAUJE Pusat, Agung Nugroho, Pak Yes memaparkan program prioritas Lamongan lima tahun ke depan.

Namun, di balik kemegahan acara, muncul tanda tanya, benarkah ini langkah konkret, atau sekadar formalitas demi pencitraan.

Bupati Yuhronur menyebutkan bahwa RPJMD 2025-2030 sedang dalam proses, dan berharap sinergi antara pemerintah dan alumni UNEJ bisa terjalin.

Namun pernyataannya soal “harap bersinergi” dinilai sebagian kalangan terlalu normatif dan minim arah jelas.

Apakah ini hanya sebatas kata-kata indah yang biasa diucapkan di setiap forum

“Saya harap program-program JAUJE bisa sejalan dengan rencana pembangunan kita,” ujar Pak Yes.

Tapi publik bertanya, program siapa yang sebenarnya akan didukung? Pemerintah atau alumni.

Wakil Rektor III UNEJ, Fendi Setyawan, sempat menyampaikan bahwa kontribusi alumni penting untuk pengabdian masyarakat.

Namun, pujian terhadap alumni daerah juga terkesan diplomatis tanpa menyentuh substansi kerja nyata yang sudah dilakukan.

Apakah benar jaringan alumni telah memberikan dampak konkret di Lamongan?

Sekjen KAUJE, Agung Nugroho, juga tak luput dari sorotan. Pesan “emban amanah dengan integritas dan pengabdian” yang disampaikannya dinilai terlalu generik.

Tidak ada tolak ukur yang jelas bagaimana KAUJE Korda Lamongan akan membawa perubahan, atau malah hanya jadi organisasi alumni yang hidup hanya saat pelantikan.

Sementara itu, Munif Syarif, Ketua KAUJE Korda Lamongan sekaligus Kadis Pendidikan Lamongan, menyatakan komitmennya untuk terus mengabdi.

Tapi pernyataannya, “mengabdi tidak harus saat punya jabatan,” justru menimbulkan ironi.

Bukankah saat menjabat inilah seharusnya pengabdian nyata paling terasa?

Dengan sederet pernyataan yang terdengar manis namun kosong substansi, masyarakat kini menanti, akankah sinergi alumni dan pemerintah hanya jadi jargon di atas panggung, atau benar-benar menghasilkan dampak riil untuk Lamongan. (Bup)