LAMONGAN – Aula Gajah Mada lantai 7 Pemkab Lamongan menjadi tempat pertunjukan narasi indah Bupati Yuhronur Efendi, Sabtu (3/5/2025), saat mengenalkan visi-misi dan program prioritas Pemkab Lamongan lima tahun ke depan kepada pengurus baru KAUJE Korda Lamongan 2025–2030.
Namun, di balik sambutan hangat dan kemasan acara mewah, muncul sorotan tajam dari masyarakat sipil yang menilai momen tersebut terlalu sarat simbolik, minim substansi.
Dengan mengaitkan program alumni dengan RPJMD 2025–2030, Pak Yes berharap sinergi terjadi. Namun, banyak yang bertanya, sejauh mana alumni benar-benar akan dilibatkan secara nyata dalam perumusan maupun pelaksanaan pembangunan.
“Ini bukan pertama kalinya pemerintah daerah bicara soal kolaborasi. Tapi faktanya, forum-forum seperti ini seringkali berakhir jadi foto-foto seremonial dan tidak pernah benar-benar melahirkan aksi nyata di lapangan,” kata Dedi, salah satu aktivis Lamongan.
Wakil Rektor III UNEJ, Fendi Setyawan, memang menyampaikan pentingnya pengabdian alumni kepada masyarakat, namun tidak ada pemaparan konkret tentang kontribusi yang sudah atau akan dilakukan oleh KAUJE Korda Lamongan.
Sekjen KAUJE Pusat, Agung Nugroho pun hanya menyampaikan pesan normatif agar pengurus “mengemban amanah,” tanpa strategi atau target pencapaian yang jelas.
Munif Syarif, yang baru saja dikukuhkan sebagai Ketua KAUJE Korda Lamongan, menyampaikan komitmen untuk terus mengabdi bahkan tanpa jabatan.
Namun kalimat tersebut justru memunculkan ironi, sebab saat inilah ia memiliki wewenang untuk benar-benar membuat perubahan. Publik menantikan, bukan janji, tapi aksi konkret.
“Kalau hanya mengandalkan jargon silaturahmi dan pengabdian, ya kapan Lamongan bisa benar-benar berlari. Kita butuh rencana konkret, bukan basa-basi birokrasi,” tegas Dedi.
Masyarakat kini menunggu, apakah ini awal dari kerja nyata alumni UNEJ untuk Lamongan. Atau hanya lembaran baru dari buku lama penuh janji namun miskin realisasi. (Bup)