BOJONEGORO – Di tengah musim pancaroba, ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali jadi perhatian serius. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Kesehatan mengajak seluruh masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit ini yang bisa datang secara tiba-tiba dan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, dr. Alvi Chomariyati, Sp.PD menjelaskan bahwa Demam Dengue adalah infeksi akibat virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk.
“Gejalanya bisa mirip flu, tapi lebih ekstrem. Mulai dari demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, hingga muncul ruam di kulit,” jelasnya, Jumat (20/6/2025).
Gejala biasanya muncul 2 hingga 7 hari setelah gigitan nyamuk, dengan demam mendadak lebih dari 40°C, sakit di belakang mata, mual, hingga nyeri sendi.
Ia mengingatkan, jika demam tak kunjung turun selama tiga hari, segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Untuk pencegahan, selain menerapkan gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mendaur ulang, dan pencegahan gigitan nyamuk), kini ada opsi vaksinasi dengue. Meski tidak 100% mencegah infeksi, vaksin ini terbukti mengurangi tingkat keparahan hingga 60%.
“Vaksin dengue disarankan bagi usia 6 sampai 45 tahun. Tapi tetap harus skrining dulu oleh tenaga medis untuk memastikan keamanannya,” imbuh dr. Alvi.
Jika sudah terjangkit, pasien sebaiknya banyak istirahat, minum cukup cairan, konsumsi makanan bergizi, periksa kadar trombosit, dan hindari obat pengencer darah.
Bila gejala memburuk, segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bojonegoro, drg. Fajar Respati, menyebut bahwa tahun ini kasus DBD di Bojonegoro mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Namun, itu bukan berarti bahaya sudah berlalu.
“Penurunan kasus adalah hasil kerja keras bersama. Tapi kita tak boleh lengah. Edukasi ke masyarakat terus digencarkan,” katanya.
Dinas Kesehatan bersama stakeholder menggandeng tokoh masyarakat, media, dan tenaga kesehatan untuk terus mengkampanyekan gaya hidup bersih dan sehat sebagai kunci utama mencegah DBD.
“Hanya dengan gotong royong dan kesadaran bersama, kita bisa wujudkan Bojonegoro bebas DBD, bahkan Indonesia bebas dari kematian akibat dengue,” tutup drg. Fajar. (yen)