Daerah

Desa Sudah Bojonegoro Heboh, Kirab Hasil Bumi dan Budaya Pikat Pejabat hingga Warga

aksesadim01
2889
×

Desa Sudah Bojonegoro Heboh, Kirab Hasil Bumi dan Budaya Pikat Pejabat hingga Warga

Sebarkan artikel ini
Img 20250708 wa0050

BOJONEGORO — Gemerlap budaya, semangat warga, dan cinta akan tradisi berpadu harmonis di Festival Desa Sudah 2025, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. Festival yang digelar selama tiga hari, sejak Sabtu (5/7/2025) hingga Senin malam (7/7/2025), sukses membuktikan bahwa desa bukan hanya tempat tinggal, tapi juga gudang kekayaan budaya yang layak dirayakan.

Puncak kemeriahan terjadi saat digelarnya Kirab Hadegringgit Simathani Sudah. Warga desa kompak berarak membawa hasil bumi dan aneka pangan lokal yang ditata indah dalam iring-iringan. Mereka mengenakan busana adat Jawa, menciptakan suasana magis penuh nuansa tradisional.

Jalanan desa berubah menjadi panggung terbuka bagi warga yang ingin mengekspresikan kebanggaan akan identitas budayanya. Tak hanya sebagai hiburan, kirab ini juga menjadi bentuk nyata penghormatan terhadap alam dan sejarah leluhur.

Acara penutupan yang digelar di malam hari dihadiri langsung oleh pejabat Kementerian Kebudayaan RI, Dinas PMD Provinsi Jawa Timur, Pj Sekda Bojonegoro, Kepala OPD, serta para kepala desa dan ratusan warga.

Samsul Hadi, Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbud, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya. Menurutnya, Desa Sudah telah memberi teladan bagaimana budaya bisa menjadi motor penggerak pembangunan.

“Anak-anak muda di sini sangat luar biasa. Festival ini tidak hanya ajang tampil budaya, tapi juga menunjukkan kesiapan desa menuju kemajuan,” ujar Samsul.

Kepala Desa Sudah, Agus Muklison, menegaskan bahwa festival ini adalah bagian dari upaya merawat identitas lokal. Ia mengungkap bahwa Desa Sudah sudah disebut dalam Prasasti Canggu era Majapahit, menjadikannya salah satu desa tua yang punya akar sejarah kuat.

“Lewat festival ini, kami ingin mengenalkan kembali kisah masa lalu desa kepada generasi muda,” jelasnya.

Sementara itu, Pj Sekda Bojonegoro, Andik Sudjarwo, dalam sambutannya menyebut bahwa komitmen Bojonegoro dalam menjaga tradisi telah membuahkan hasil: mulai dari pengakuan kesenian Sandur sebagai Warisan Budaya Tak Benda, hingga sertifikasi kekayaan intelektual kesenian Oklik.

“Festival ini bukan hanya nostalgia, tapi juga jalan menuju desa sejahtera, ekonomi tumbuh, dan persaudaraan makin kuat,” tegasnya.

Tak ketinggalan, Tri Yuwono, Kabid Kemasyarakatan Dinas PMD Provinsi Jatim, memuji semangat warga. Menurutnya, ini adalah contoh konkret bagaimana desa bisa menjadi pusat spiritualitas dan kebudayaan, bukan sekadar seremoni belaka. (yen)