Infotaiment

Aktivis 98 Serentak Tolak Soeharto Jadi Pahlawan: Demokrasi Dibayar dengan Nyawa

aksesadim01
2773
×

Aktivis 98 Serentak Tolak Soeharto Jadi Pahlawan: Demokrasi Dibayar dengan Nyawa

Sebarkan artikel ini
Img 20250526 wa0001

JAKARTA – Peringatan 27 tahun Reformasi jadi ajang para Aktivis 1998 bersatu menyuarakan sikap tegas, menolak keras wacana Soeharto dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Acara yang digelar di Grand Sahid, Jakarta Selatan, Sabtu (24/5/2025) ini bukan hanya sekadar temu kangen tapi juga momentum perjuangan kembali disuarakan.

Diskusi bertema “Soeharto Pahlawan atau Penjahat HAM” menghadirkan deretan tokoh penting seperti Ray Rangkuti, Ubedilah Badrun, Abraham Samad, Anis Hidayah, Jimly Fajar, hingga Mustar Bona Ventura.

“Kami sepakat menolak. Wacana menjadikan Soeharto sebagai pahlawan adalah bentuk pengkhianatan terhadap semangat Reformasi,” tegas Mustar.

Menurutnya, demokrasi yang dinikmati hari ini tidak datang tiba-tiba. Ada keringat, air mata, bahkan nyawa yang dikorbankan demi merobohkan rezim Orde Baru.

Yang menarik perhatian di lokasi acara adalah instalasi ribuan tengkorak imitasi. Bukan sekadar karya seni, simbol ini menyuarakan duka dan tragedi kelam masa lalu mulai dari kasus Petrus, penculikan aktivis, hingga misteri hilangnya Marsinah dan Widji Thukul.

“Tengkorak-tengkorak ini adalah simbol korban kekejaman Orde Baru. Mereka hilang, tak kembali hingga kini,” ungkap Jimmy Fajar Jimbong, aktivis 98 sekaligus panitia acara.

Ia juga menyoroti bahwa cita-cita Reformasi belum sepenuhnya tercapai. Demokrasi masih rapuh, dan luka sejarah belum sepenuhnya disembuhkan. (Red)