Opini

Laptop Bantuan Nadiem Makarim Raib, SMA Ma’arif Lamongan Jadi Korban Pencurian

aksesadim01
5869
×

Laptop Bantuan Nadiem Makarim Raib, SMA Ma’arif Lamongan Jadi Korban Pencurian

Sebarkan artikel ini
9ed0aa82 3be0 49dc 8e01 2bdc5dd4057b

LAMONGAN – Dunia pendidikan di Lamongan tercoreng. Sepuluh unit laptop Chromebook bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) era Menteri Nadiem Makarim raib digondol maling di SMA Ma’arif, Kecamatan Solokuro.

Peristiwa pencurian yang terjadi pada Selasa malam (2/9/2025) itu baru diketahui keesokan harinya. Kepala sekolah, Taufiq Ahmadi, dibuat terkejut saat mendapati ruang kerjanya berantakan, jendela terbuka, serta lemari penyimpanan dibobol paksa.

Laptop-laptop yang seharusnya digunakan untuk mendukung pembelajaran digital lenyap tak bersisa.

Kerugian ditaksir mencapai lebih dari Rp 20 juta, namun dampak terbesar bukan soal materi, melainkan hilangnya kesempatan siswa untuk menikmati fasilitas pendidikan digital yang lebih baik.

Petugas kebersihan sekolah, Muriyem (45) dan Sutiyam (44), adalah orang pertama yang menyadari adanya kejanggalan di ruang kepala sekolah pada Rabu pagi. Namun mereka tidak menyangka bahwa aset pendidikan sudah raib.

Kapolsek Solokuro, AKP Asik Samsul Hadi, membenarkan adanya dugaan bahwa pelaku telah merencanakan aksinya dengan matang. Tim Inafis Polres Lamongan menemukan jejak congkelan pada jendela serta lemari penyimpanan.

“Kami menduga pelaku mengetahui betul kondisi ruangan. Saat ini kami masih menyelidiki lebih lanjut,” tegas AKP Asik.

Kepala sekolah, Taufiq Ahmadi, menyebut kejadian ini bukan hanya kehilangan barang. Lebih dari itu, pencuri telah merampas hak siswa untuk mendapatkan pendidikan modern berbasis teknologi.

“Yang dicuri bukan hanya Chromebook, tapi juga kesempatan belajar anak-anak kami,” tegas Taufiq.

Kini pihak kepolisian tengah berupaya memburu pelaku. Sementara pihak sekolah berharap kasus ini bisa menjadi alarm keras agar seluruh lembaga pendidikan meningkatkan keamanan aset-aset penting yang dibiayai negara.

Kejadian ini juga memicu kecaman warganet dan masyarakat sekitar. Mereka menilai pencurian di dunia pendidikan adalah bentuk kriminalitas yang “miskin hati nurani” karena langsung merugikan masa depan generasi muda. (Bup)