BOJONEGORO – Kabupaten Bojonegoro kembali mencatat sejarah membanggakan. Geopark Bojonegoro resmi lolos tahapan menuju pengakuan internasional sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp).
Kabar ini tak hanya menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga membuka peluang besar bagi kesejahteraan masyarakat melalui potensi wisata dan edukasi berbasis alam.
Pencapaian ini mengemuka dalam acara “Gathering Sinergitas Geopark Nasional Bojonegoro Menuju UGGp” yang digelar pada Rabu, 6 Agustus 2025, di Hotel Aston Bojonegoro.
Dalam forum yang hangat dan penuh semangat ini, Bojonegoro bahkan dijuluki sebagai “laboratorium alam raksasa” yang menyimpan jutaan keunikan geologi yang belum sepenuhnya dieksplorasi.
Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, yang hadir mewakili Bupati Setyo Wahono, menyampaikan bahwa proses panjang Geopark Bojonegoro kini mulai membuahkan hasil besar.
Ia menekankan bahwa keunikan geologi Bojonegoro bukan hanya langka, tetapi tidak ditemukan di negara manapun.
“Geopark ini bukan sekadar mendongkrak sektor ekonomi, tapi juga upaya pelestarian lingkungan dan edukasi generasi mendatang,” ungkapnya.
Tak hanya simbolis, gathering ini juga menjadi momen strategis. Kepala Bappeda Bojonegoro, Achmad Gunawan, menuturkan bahwa acara ini bertujuan memperkuat kolaborasi lintas sektor demi mendorong Bojonegoro naik kelas di kancah internasional.
Puncaknya, dilakukan penandatanganan MoU antara Badan Pengelola Geopark Bojonegoro dengan sejumlah pihak, antara lain, Ademos Bojonegoro, Hotel Aston Bojonegoro, Pokdarwis Kedunglantung, Biro Travel Angling Dharmo, LPPM Unigoro, Media Bojonegoro Raya, Museum 13.
Semua pihak berkomitmen menyatukan langkah untuk mengawal geopark menuju status UGGp. Sebagai pelengkap, acara juga menghadirkan pameran produk lokal unggulan, seperti Sego Gulung khas Wonocolo, berbagai buku geologi, pamflet edukatif, serta hasil kerajinan tangan khas Bojonegoro.
Diskusi ilmiah pun digelar menghadirkan Ketua Tim Ahli Geologi BRIN, Hanang Samodra, serta GM Geopark Bojonegoro, Kusnandaka Tjatur. Tak ketinggalan, para pelaku wisata lokal alias Pokdarwis turut dilibatkan secara aktif dalam perumusan strategi ke depan.
Dalam paparannya, Kusnandaka Tjatur mengungkapkan bahwa upaya menuju UNESCO ini telah diakomodasi dalam draft RPJMD Kabupaten Bojonegoro 2024-2029, terutama dalam aspek riset dan kajian ilmiah oleh perguruan tinggi.
“Secara regulasi, dukungan terhadap geopark ini sudah linier. Kami juga menekankan pentingnya sinergi hingga level pemerintahan desa,” jelasnya.
Dengan pengakuan ini, Bojonegoro bukan sekedar daerah penghasil minyak atau kaya budaya, tapi juga mulai diakui dunia sebagai kawasan dengan warisan geologi yang luar biasa.
Perjalanan belum usai, namun langkah besar telah dimulai. Bojonegoro kini berdiri tegak di jalur geowisata kelas dunia, dan masyarakat lokal adalah kunci dari keberhasilan ini. (yen)