Daerah

Menteri PMK hingga Dinkes Bojonegoro Kompak Ungkap Gebrakan Baru Transformasi RSUD

aksesadim01
5991
×

Menteri PMK hingga Dinkes Bojonegoro Kompak Ungkap Gebrakan Baru Transformasi RSUD

Sebarkan artikel ini
5334006c 7593 4c73 b286 7e11cbf436ab

BOJONEGORO – Transformasi besar-besaran dunia kesehatan di Kabupaten Bojonegoro mendapat sorotan langsung dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Prof. Dr. Pratikno, dalam agenda peresmian Katarak Center dan audiensi pengembangan RSUD Bojonegoro, Selasa (5/8/2025).

Dalam sambutannya yang penuh semangat, Pratikno menyampaikan apresiasi sekaligus cerita personal yang menyentuh. Ia mengenang masa lalu saat perjalanan menuju Bojonegoro membuat istrinya mabuk karena kondisi jalan yang bergelombang.

“Setiap pulang ke Bojonegoro itu istri saya mabuk seperti naik kapal laut. Tapi sekarang, perkembangan pembangunan infrastruktur dan kesehatan di sini luar biasa,” ujarnya.

Pratikno menegaskan, tugas Kemenko PMK bukan soal menangani penyakit, tetapi membangun manusia seutuhnya. Koordinasi lintas kementerian, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga perempuan dan anak, bertujuan menciptakan ekosistem pembangunan manusia Indonesia yang unggul.

Ia bahkan menyentil istilah “Dinas Kesehatan” yang menurutnya harus menjadi penggerak pola hidup sehat masyarakat, bukan hanya sekedar menangani orang sakit.

“Disebut Dinas Kesehatan, bukan Dinas Kesakitan. Tugas utamanya menjaga agar masyarakat tetap sehat, bukan menunggu mereka jatuh sakit,” jelasnya.

Dalam rangkaian kunjungannya, Pratikno mengamati hasil Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang sudah menjangkau lebih dari 15 juta warga di seluruh Indonesia.

Dia juga menyoroti masalah gigi dan gula darah yang tinggi di kalangan pelajar SMPN 1 Padangan.

“Saya lihat sendiri anak-anak kita sudah kelebihan gula. Satu contoh kecil, minum teh manis terus. Gula darah naik, risiko diabetes sejak dini pun mengintai,” ujarnya prihatin.

Pratikno menyampaikan bahwa masalah stunting tidak bisa diselesaikan dari aspek kesehatan saja. Faktor lain seperti sanitasi, air bersih, edukasi makan sehat, dan pernikahan dini juga menjadi akar persoalan.

Dia mencontohkan pentingnya memanfaatkan pangan lokal, seperti daun kelor, yang merupakan super food kaya nutrisi dan mudah ditanam di wilayah Bojonegoro yang cenderung kering.

“Coba buat kampanye besar-besaran, makan kelor bikin keren,” candanya, sembari menekankan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat terhadap makanan sehat.

Pratikno juga mengajak semua pihak untuk membangun ekosistem kesehatan yang menarik bagi dokter spesialis agar mau bertugas di daerah. Menurutnya, fasilitas bagus saja tidak cukup tanpa dukungan infrastruktur sosial dan pendidikan.

“Rumah sakit jangan hanya urusan kesehatan. Harus ada SD unggulan, SMA keren, dan fasilitas liburan supaya dokter dan keluarganya betah tinggal,” ungkapnya.

Bahkan ia juga menyarankan pengembangan kawasan wisata seperti “Sonorejo Front Lake” sebagai destinasi lokal baru.

Dirinya bahkan memimpikan Padangan menjadi “the capital of health district” di Bojonegoro barat. Dengan potensi sebagai titik tengah yang strategis dan historis, ia membayangkan RSUD Padangan bisa menjadi pusat pendidikan kedokteran, seperti model “hospital based education”.

“Tak perlu tunggu fakultas kedokteran berdiri. Bisa lewat sistem hospital based education, apalagi Bojonegoro punya DBH Migas besar, manfaatkan untuk SDM unggul,” pesannya.

“Yang paling berat tugasnya bukan saya, tapi Pak Bupati. Harus rela berkorban. Maka jangan nanggung, bangun Bojonegoro jadi luar biasa,” tutup Pratikno.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro, Ninik Susmiati, melaporkan pencapaian luar biasa pembangunan layanan kesehatan di daerah tersebut, diantaranya, Cakupan Jaminan Kesehatan: 98,63 persen penduduk telah terdaftar JKN.

35 Puskesmas: 33 di antaranya sudah terakreditasi Paripurna.

Layanan Digital Terpadu: Sistem antrean via WhatsApp bernama WASIAT dan layanan komunikasi Puskesmas via Satelit.

Program STP2D: Layanan makanan bergizi untuk ibu hamil dan balita, dengan target stunting di bawah 9% pada 2025.

RSUD Berkembang: RSUD Bojonegoro menargetkan naik kelas ke Rumah Sakit Kelas B, dengan penambahan layanan jantung, rawat inap eksekutif, dan spesialis.

Agenda ini menandai langkah besar transformasi kesehatan Bojonegoro. Kolaborasi antara pusat dan daerah, penguatan ekosistem pendidikan, kesehatan, dan sosial akan menjadi kunci menuju daerah yang tak hanya sehat, tapi juga menarik sebagai tempat tinggal dan bekerja bagi talenta terbaik bangsa. (yen)