Opini

Bonggol Jagung Kini Bisa Jadi Ladang Uang Warga Desa Panjang Bojonegoro

aksesadim01
6989
×

Bonggol Jagung Kini Bisa Jadi Ladang Uang Warga Desa Panjang Bojonegoro

Sebarkan artikel ini
5124c2c0 949d 409c b5bb 07cb170ff74c

BOJONEGORO – Siapa sangka, limbah bonggol jagung yang dulu hanya jadi sampah kini bisa berubah jadi sumber penghasilan baru bagi masyarakat pedesaan.

Inilah yang sedang digencarkan di Desa Panjang, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro.

Pada Rabu (30/7/2025), puluhan warga antusias mengikuti pelatihan budidaya jamur dari bonggol jagung, sebuah inisiatif cerdas yang digelar oleh Balai Usaha Ekonomi Aisyiyah (BUEKA) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, petani milenial, dan penyuluh pertanian setempat.

Kegiatan ini menghadirkan Andre Septia Wahyu Saputra, pemuda inspiratif asal Desa Mojorejo yang telah sukses mengembangkan usaha budidaya jamur dari bahan limbah pertanian.

Dalam sesi berbagi pengalamannya, Andre menekankan bahwa inovasi bisa dimulai dari hal sederhana, seperti mengubah bonggol jagung menjadi media tanam jamur yang bernilai jual tinggi.

“Selama ini bonggol jagung cuma dibuang. Tapi kalau kita olah dengan benar, bisa jadi sumber ekonomi baru yang berkelanjutan,” ujar Andre.

Selain membekali warga dengan keterampilan teknis, pelatihan ini juga bertujuan membentuk pola pikir masyarakat agar lebih peduli lingkungan dengan cara mengelola limbah secara kreatif.

“Ini lebih dari sekedar pelatihan. Ini adalah investasi pengetahuan untuk masa depan desa,” kata Sunjarno, penyuluh pertanian dari Kecamatan Kedungadem.

Warga yang mengikuti pelatihan tidak hanya belajar teori, tapi juga langsung praktik.

Mereka diajarkan mulai dari cara memilih bonggol jagung yang tepat, proses pengolahan hingga teknik penanaman dan panen jamur.

Harapannya, keterampilan ini bisa menjadi modal usaha mandiri yang menjanjikan.

Sofiyatun, salah satu peserta, mengaku sangat bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini.

“Saya baru tahu ternyata limbah bonggol bisa disulap jadi media tanam jamur. Ini pengalaman yang sangat membuka wawasan,” ujarnya.

Sementara itu, Pariati, peserta lainnya, mengaku tertarik mencoba usaha ini di rumah.

“Modalnya kecil, bahannya banyak di desa. Ini cocok banget untuk warga desa, terutama anak muda yang ingin mulai usaha tanpa ribet,” katanya.

Program ini menjadi langkah nyata dalam mengembangkan potensi lokal desa sekaligus mendukung ekonomi sirkular yang ramah lingkungan.

Dengan pelatihan semacam ini, masyarakat diajak bangkit dan berinovasi dari hal yang paling dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. (yen)