LAMONGAN – Sudah seratus hari memimpin, duet Bupati Lamongan Yuhronur Efendi (Pak Yes) dan Wakil Bupati Dirham Akbar Aksara (Mas Dirham) menyampaikan hasil kerja mereka dalam sebuah acara resmi di Guest House Pendopo, Sabtu (7/6/2025).
Namun alih-alih membawa gebrakan besar, publik justru menyoroti minimnya perubahan nyata di lapangan.
Salah satu program unggulan mereka, yakni perbaikan infrastruktur jalan, baru sebatas penambalan lubang-lubang kecil.
Sementara program Jamula Mantap yang digadang-gadang akan menjadi solusi atas buruknya akses jalan di wilayah Lamongan baru akan dimulai pada Juni 2025.
“Kalau hanya tambal sulam jalan rusak, itu bukan solusi jangka panjang. Janji besar tapi realisasinya ditunda-tunda,” ungkap Sukadi warga Kecamatan Sukorame, yang kecewa karena kondisi jalan di daerahnya masih memprihatinkan.
Padahal, program infrastruktur menjadi salah satu janji kampanye yang paling dinanti masyarakat.
Banyak warga berharap jalan-jalan penghubung antar desa dan kecamatan bisa dibenahi dengan cepat.
Sayangnya, setelah 100 hari, mereka masih harus bersabar entah sampai kapan.
Meski demikian, Pemkab Lamongan mengklaim tingkat kepuasan masyarakat cukup tinggi.
Berdasarkan survei independen yang dilakukan pada 20–27 Mei 2025, disebutkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Bupati dan Wakil Bupati mencapai 80,6 persen, masuk dalam kategori tinggi.
Namun klaim ini juga menuai pertanyaan dari berbagai kalangan.
“Angka kepuasan 80 persen itu dari mana. Kalau rakyat puas, kenapa media sosial penuh dengan keluhan soal jalan rusak, banjir, dan pelayanan publik,” ujar Sukadi.
Tak sedikit pula netizen yang menilai acara seremonial di pendopo hanya menjadi panggung pencitraan semata.
Belum ada gebrakan konkret atau inovasi besar yang benar-benar dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Padahal Pak Yes sudah pernah menjabat Bupati di periode sebelumnya. Mungkin kalau tidak dapat hibah dari Kabupaten Bojonegoro, jalan wilayah Kecamatan Sukorame masih banyak yang rusak,” jelasnya.
Di sisi lain, janji-janji lain seperti peningkatan layanan kesehatan, penguatan ekonomi desa, dan pengentasan pengangguran juga belum menunjukkan hasil signifikan dalam 100 hari kepemimpinan Yuhronur-Dirham.
Banyak warga berharap agar pemerintah daerah tidak hanya sibuk membuat laporan dan mengumumkan survei, tapi benar-benar bekerja di lapangan.
Apalagi anggaran sudah ada, struktur birokrasi lengkap, tinggal kemauan dan keberanian untuk bertindak lebih cepat.
Seratus hari sudah berlalu, tapi perubahan masih terasa jauh. Apakah ini awal dari kepemimpinan yang lambat, atau hanya bagian dari strategi menunda harapan rakyat, waktu yang akan menjawab. (Bup)