Daerah

100 Hari Bupati Bojonegoro, Warga Kaget dengan Aksi Nyatanya

aksesadim01
2778
×

100 Hari Bupati Bojonegoro, Warga Kaget dengan Aksi Nyatanya

Sebarkan artikel ini
Img 20250601 wa0051

BOJONEGORO – Seratus hari mungkin terdengar singkat dalam kalender politik. Namun di Bojonegoro, seratus hari pertama kepemimpinan Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah justru menjadi awal penting dalam menata ulang arah pembangunan daerah.

Bukan waktu untuk bersantai, melainkan momen penting untuk membuktikan, bahwa mereka hadir, mendengar dan bergerak.

Sejak hari pertama dilantik, pasangan pemimpin ini menunjukkan keseriusan mereka. Tidak sekadar berada di balik meja kerja, mereka memilih terjun langsung ke lapangan. Menyapa warga, mendengar keluhan, menampung harapan. Ini bukan seremoni atau pencitraan, tapi sebuah komitmen nyata untuk membangun dari bawah dari suara rakyat sendiri.

Satu per satu aspirasi masyarakat ditanggapi. Keluhan tentang infrastruktur, akses kesehatan, pendidikan, hingga perekonomian lokal menjadi perhatian utama. Tidak semua bisa diselesaikan seketika, tentu saja. Namun, yang membedakan adalah adanya langkah nyata yang mulai berjalan.

Beberapa program percepatan pelayanan publik langsung digulirkan. Evaluasi internal dilakukan. Birokrasi diperbaiki. Semua itu menjadi bukti bahwa aspirasi warga bukan hanya sekedar didengar, tapi diolah menjadi arah kebijakan. Dan inilah titik awal dari perubahan itu sendiri.

Tantangan jelas ada. Bojonegoro bukan daerah tanpa masalah. Dari persoalan klasik seperti kemiskinan dan pengangguran, hingga tantangan baru pasca pandemi dan transisi digitalisasi. Namun yang menarik, setiap tantangan justru dijadikan bahan bakar semangat. Mereka tidak memilih jalan pintas, tapi jalan panjang yang berkelanjutan.

Dalam setiap keputusan, transparansi dan kolaborasi menjadi kunci. Pemerintah daerah menggandeng berbagai pihak, dari tokoh masyarakat, dunia usaha, hingga generasi muda. Ini bukan kerja satu orang atau satu dinas, ini kerja bersama.

Setelah 100 hari, dampaknya mulai terasa. Warga mulai percaya. Masyarakat kembali antusias terlibat. Rasa memiliki terhadap daerah ini tumbuh kembali. Perlahan namun pasti, Bojonegoro menyalakan harapan baru.

Semangat untuk menjadikan Bojonegoro sebagai daerah yang Bahagia, Makmur, dan Membanggakan mulai terasa bukan hanya dalam pidato, tapi dalam aksi dan realisasi.

Optimisme itu tumbuh dari hal-hal sederhana, layanan publik yang lebih cepat, hingga pemimpin yang bisa diajak berbincang langsung tanpa protokoler berlebihan. Inilah wajah baru kepemimpinan, dekat, responsif, dan kolaboratif.

Seratus hari hanyalah awal. Tapi awal ini adalah fondasi penting. Jika ritme kerja ini terus terjaga, bukan tidak mungkin lima tahun ke depan akan menjadi masa keemasan bagi Bojonegoro.

Karena sesungguhnya, membangun daerah bukan hanya soal anggaran dan program. Tapi tentang keberanian untuk mendengar, kerendahan hati untuk turun tangan, dan konsistensi untuk terus bergerak meski pelan. Dan itu semua sudah mulai terlihat di Bojonegoro hari ini.

Masyarakat kini menunggu kelanjutannya. Karena mereka sudah mulai percaya bahwa Bojonegoro bukan sekadar tempat tinggal, tapi rumah besar yang layak dibanggakan. (yen)